Thursday, September 28, 2006

KUNJUNGAN DAN SUPERVISI BANK DUNIA


CATATAN PROSES :

Kegiatan : Kunjungan Lapangan dan Supervisi Bank Dunia
Lokasi : Kelurahan Bhayangkara (RT. 07/VII)
Kantor Korkot P2KP Papua,
Kelurahan Gurabesi (RT. 05/VI), dan
Kelurahan Tanjung Ria (RT. 07/I)
Hari/Tgl : Sabtu tanggal 23 September 2006

Waktu : 09.00 s/d 19.00 WIT
Peserta : 1. Bolormaa Amgaabazar (World Bank – Program Pengembangan Distrik)
2. Krisbiyanto (Support Office for Eastern Indonesia)
3. Triyono (Pilot Project P2KP – Papua)
4. Darusman (Pilot Project P2KP – Papua)

1. Pertemuan di Lobby Hotel Papua (Pukul 09.00 s/d 0915 WIT)
Pukul 09.00 WIT, Senior Faskel P2KP ( Triyono dan Darusman ) sampai di Lobby Hotel Papua dan telah ditunggu oleh Ibu Bolormaa Amgaabazar dari World Bank dan Bapak Krisbiyanto dari SOFEI (Support Office for Eastern Indonesia). Setelah saling berkenalan, dilanjutkan dengan diskusi singkat. Hasil diskusi tersebut antara lain :
Ibu Bolormaa Amgaabazar adalah utusan dari World Bank untuk Program Pengembangan Kecamatan (Distrik) di wilayah Papua. Beliau mendapat tugas dari Bapak George Soraya untuk melakukan supervisi dan kunjungan lapangan pada pelaksanaan Pilot Project P2KP Papua.
Bapak Krisbiyanto mendampingi Ibu Bolormaa Amgaabazar karena beliau banyak terlibat di Program Pengembangan Kecamatan (Distrik) di Provinsi Papua.
Pihak World Bank menginginkan berdiskusi dengan Tim Fasilitator Pilot Project P2KP Papua, berdialog dengan relawan dan warga masyarakat, melihat langsung proses pelaksanaan siklus P2KP yang sedang berjalan. Untuk itu disepakati jadwal kunjungannya adalah :

(1) Diskusi dengan relawan dan warga masyarakat di Kelurahan Bhayangkara (RT. 07/VII), (2) Diskusi dengan Tim Fasilitator Pilot Project P2KP Papua di Kantor Korkot P2KP, (3) Melihat dan mensupervisi pelaksanaan Siklus Pemetaan Swadaya (PS) di Kelurahan Gurabesi (RT. 05/VI) dan di Kelurahan Tanjung Ria (RT. 07/I).
Secara singkat Ibu Bolormaa Amgaabazar meminta penjelasan perihal siklus pelaksanaan P2KP, dan sampai di siklus mana pelaksanaan P2KP di 4 wilayah dampingan P2KP.


2. Diskusi dengan Relawan dan Warga Masyarakat di RT. 07/VII Kelurahan Bhayangkara
Pukul 09.15 WIT berangkat menuju Lokasi di RT. 07/VII Kelurahan Bhayangkara menggunakan mobil yang telah dipersiapkan oleh Ibu Bolormaa Amgaabazar. Karena belum mengetahui lokasi yang dimaksud Darusman menghubungi Luski Febrian yang sudah berada di lokasi untuk memandu perjalanan ke lokasi. Rombongan menuju ke wilayah pemancar TVRI dan parkir di tempat parkir Komplek TVRI Papua. Dari komplek TVRI perjalananan dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang menanjak dengan dipandu oleh Bapak David (salah satu warga masyarakat). Akses jalan setapak ini masih tanah dan licin karena kebetulan pagi hari itu hujan turun. Sesampainya di lokasi telah berkumpul para koordinator relawan tingkat RW Kelurahan Bhayangkara dan juga warga masyarakat setempat.
Beberapa point penting yang dapat dicatat dalam diskusi tersebut antara lain :
* Relawan sudah cukup memahami substansi dari P2KP karena itu mereka berharap program ini dapat berhasil dan terus dilanjutkan di Provinsi Papua
* Relawan dan masyarakat mempunyai harapan yang besar terhadap P2KP dan harus dibuktikan bahwa P2KP adalah program yang berbeda dengan program-program penanggulangan kemiskinan sebelumnya. Pernyataan dari beberapa masyarakat mereka masih mau menunggu bukti bahwa P2KP tidak hanya janji tetapi bukti terutama dalam hal memberikan bantuan dan pendampingan pada masyarakat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat terutama masalah lingkungan yang selama ini mereka sudah mengajukan bantuan ke berbagai pihak tetapi belum mendapat respon dan tanggapan.
* Relawan mempertanyakan apakah memang benar dalam P2KP tidak ada biaya operasional untuk para relawan, terutama perihal biaya transportasi bagi para relawan yang seringkali melakukan kegiatan-kegiatan di tingkat kelurahan maupun di tingkat RT.
* Tim Fasilitator mencoba menjelaskan ulang tentang konsep relawan. Tentang biaya operasional ada beberapa kegiatan yang dikelola oleh relawan pihak P2KP mengalokasikan dana fixed cost. Contohnya kegiatan Pelatihan Relawan dan Pelatihan Tim Pemetaan Swadaya masing-masing dialokasikan dana fixed cost Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah). Pengelolaan dana ini sepenuhnya diserahkan kepada para relawan.
* Relawan dan masyarakat mengkritisi pemerintah baik di tingkat kelurahan maupun sampai level yang lebih tinggi yang tidak serius mendukung pelaksanaan P2KP di wilayahnya.
* Semua temuan dan hasil diskusi dengan relawan dan warga masyarakat dicatat oleh Ibu Bolormaa di sebuah Buku Catatan Pribadi
Setelah foto bersama rombongan meninggalkan lokasi RT. 07/VII melanjutkan perjalanan ke Kantor Korkot P2KP di Pasir Dua.


3. Diskusi dengan Tim Fasilitator Pilot Project P2KP Papua.
Di Kantor Korkot P2KP semua fasilitator hadir dan melakukan diskusi dengan Ibu Bolormaa Amgaabazar dan Bapak Krisbiyanto. Beberapa point penting yang dapat dicatat dari diskusi dengan Tim Fasilitator adalah sebagai berikut :
* Ibu Bolormaa berkenalan dengan semua Fasilitator baik yang dimobilisasi dari Pulau Jawa, maupun yang lokal (direkrut di Papua). Semua Fasilitator diminta memberikan kesan dan pesannya terhadap program P2KP.
* Ibu Bolormaa menanyakan tanggapan dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan P2KP di lapangan, juga partisipasi dari pihak pemerintah. Partisipasi dari pihak masyarakat sangat baik dibuktikan dengan keikutsertaan masyarakat di setiap tahapan siklus P2KP baik di tingkat basis (RT) maupun di tingkat Kelurahan. Yang masih menjadi persoalan adalah tingkat partisipasi di jajaran birokrat mulai dari RT sampai ke tingkat Kota yang belum optimal. Hal ini menyebabkan ketimpangan gerakan moral dan penyadaran kritis yang dibangun di tingkat masyarakat tidak diikuti oleh gerakan moral di tingkat birokrat atau pemerintah daerah.
* Ibu Bolormaa juga menanyakan tentang realisasi dari capaian target atau time schedule yang telah dibuat oleh pihak P2KP. Secara kuantitatif target memang dapat terpenuhi meskipun masih terjadi delay/keterlambatan dalam pelaksanaan siklus P2KP, namun secara kualitatif masih belum maksimal yang perlu dilakukan dan dilanjutkan secara terus menerus.
* Bagaimana tentang penyesuaian dari konsep P2KP yang telah disusun selama ini dengan situasi dan kondisi di Provinsi Papua. Apakah sampai sejauh siklus yang sudah berjalan perlu adanya penyesuaian dengan situasi dan kondisi spesifik lokal; misalnya dalam hal relawan dan dana fixed cost untuk kegiatan relawan.
* Ibu Bolormaa juga menanyakan kembali tentang dana fixed cost untuk kagiatan pelatihan relawan. Apakah tidak ada dana lainnya untuk mendukung relawan terutama dalam melaksanakan kegiatan di tengah masyarakat. Bukan gaji tetapi biaya operasional. Apakah fixed cost sudah cukup membantu?
* Ibu Bolormaa juga menanyakan tentang gaji fasilitator dan membandingkannya dengan di PPK, yang ternyata memang ada perbedaan yang cukup significant.
* Semua temuan dan hasil diskusi dengan relawan dan warga masyarakat dicatat oleh Ibu Bolormaa di sebuah Buku Catatan Pribadi
Diskusi berakhir pada pukul 14.00 WIT untuk dilanjutkan dengan agenda melihat pelaksanaan siklus Pemetaan Swadaya di Kelurahan Gurabesi (RT. 05/VI).
Di tengah perjalanan menuju RT. 05/VI Kelurahan Gurabesi kami berempat mampir untuk makan siang di Rumah Makan Pak Kumis. Setelah makan siang perjalanan dilanjutkan menuju ke lokasi pelaksanaan siklus Pemetaan Swadaya di Kelurahan Gurabesi.

3. Melihat dari dekat Pelaksanaan Siklus Pemetaan Swadaya di tengah-tengah Masyarakat.
Di RT. 05/VI Kelurahan Gurabesi masyarakat melaksanakan FGD untuk menentukan dan menyepakati Profil KK Miskin dan Kajian-Kajian Ekonomi, Lingkungan, Sosial, serta Kelembagaan/Kepemimpinan. Pelaksanaan FGD yang diikuti oleh 55 orang dipandu oleh relawan-relawan masyarakat berhasil menyepakati beberapa hal yang menjadi output dari pelaksanaan siklus Pemetaan Swadaya. Pada saat melakukan pengamatan tersebut Ibu Bolormaa sesekali berdiskusi dengan salah satu Fasilitator P2KP (Triyono) tentang pelaksanaan di lapangan. Beberapa pernyataan dan pertanyaan selama mengikuti proses pelaksanaan FGD PS, adalah sebagai berikut :
* Tingkat partisipasi masyarakat cukup baik, apakah ini terjadi di setiap kegiatan tingkat basis RT. Kami jelaskan bahwa di beberapa RT kami malah sama sekali tidak sanggup mengajak warga masyarakat untuk terlibat di P2KP misalnya di kompleks Pertokoan Kota Jayapura (komplek para Pengusaha)
* Relawan sudah sangat baik memandu pelaksanaan FGD Pemetaan Swadaya.
* Masyarakat dapat berkumpul dan menyepakati hasil FGD Siklus Pemetaan Swadaya meskipun terdiri dari beberapa etnis baik pribumi maupun pendatang.
* Apakah dalam kegitan tersebut ada aparat dari pihak kelurahan yang hadir? Pada saat pertemuan tersebut aparat kelurahan yang hadir adalah Ketua Rt nya saja yaitu Bapak Frans Hamokwarong Ketua RT. 05/VI.
* Semua temuan dan hasil diskusi dengan relawan dan warga masyarakat dicatat oleh Ibu Bolormaa di sebuah Buku Catatan Pribadi
Pukul 16.30 WIT kami berpamitan kepada warga untuk meneruskan melihat pelaksanaan FGD Siklus Pemetaan Swadaya di Kelurahan Tanjung Ria.

4. Melihat dari dekat Pelaksanaan Siklus Pemetaan Swadaya di tengah-tengah Masyarakat.
Di Kelurahan Tanjung Ria RT. 07/I masyarakat belum banyak berkumpul. Tetapi setelah menunggu beberapa saat warga mulai berdatangan terutama warga masyarakat dari etnis Wamena. Tetapi karena tingkat pemahaman masyarakat terhadap P2KP belum optimal kegiatannya diubah setting menjadi kegiatan sosialisasi lanjutan oleh Fasilitator (Darusman). Beberapa catatan penting dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
* Pemahaman warga masyarakat etnis Wamena belum memahami P2KP, sehingga perlu adanya sosialisasi secara terus menerus bahwa P2Kp bukan program bagi-bagi uang.
* Ibu Bolormaa sempat berbicara kepada warga masyarakat tentang keberadaannya di Papua sebagai wakil atau duta dari pihak Bank Dunia yang ingin melihat dari dekat pelaksanaan P2Kp di Papua.

Itulah sekelumit kisah perjalanan yang dilakukan world bank (bank dunia) ke Propinsi Papua kota Jayapura. Kisah ini dituturkan oleh Triyono dan M Darusman (catatan proses).